Ular Terbesar dan Terpanjang dalam Sejarah

Titanoboa cerrejonensis adalah jenis ular terbesar yang pernah ada. Berasal dari 60 juta tahun yang lalu, ular ini berkerabat dengan anaconda dan boa. Meski demikian, belum dapat dipastikan apakah ia berkerabat lebih dekat dengan kedua ular tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari Britannica, ahli paleontologi memperkirakan panjang tubuh rata-rata Titanoboa dewasa sekitar 13 meter (42,7 kaki). Adapun beratnya rata-rata mencapai 1,25 ton. Dengan berat tersebut, Titanoboa cerrejonensis diperkirakan seukuran dengan T. rex.

Gigantophis garstini

Gigantophis garstini adalah ular prasejarah yang hidup sekitar 40 juta tahun yang lalu. Para peneliti memperkirakan tubuh Gigantophis garstini memiliki panjang antara 7-10 meter. Mengutip dari Prehistoric Wildlife, keberadaan Gigantophis mencakup wilayah lain di Afrika, Timur Tengah, bahkan mungkin lebih jauh ke Asia.

Anaconda hijau atau Eunectes murinus diperkirakan hidup di rawa-rawa dan sungai di Amazon. Panjang tubuhnya dapat mencapai 9 meter. Adapun mengenai anaconda hijau terbesar, tidak ada catatan resmi untuk itu. Namun, seorang pekerja konstruksi di Brasil pernah menemukan anaconda hijau yang diperkirakan memiliki panjang 10 meter dengan berat 399 kg.

Sanca Batik dikenal luas sebagai ular terpanjang di dunia saat ini. Laporan 1912 mengklaim bahwa ular sanca yang pernah ditangkap memiliki panjang 10 meter atau setara dengan panjang bus sekolah pada umumnya. Menurut Museum Sejarah Alam Inggris, panjang ular sanca batik secara teratur dapat mencapai lebih dari 6,25 meter.

Menurut Animal Diversity Web (ADW), piton India dapat tumbuh mencapai panjang 6,4 meter dengan berat hampir mencapai 100 kg. Berat tersebut diperkirakan setara dengan bayi gajah yang baru lahir. Sayangnya, piton India diklasifikasikan sebagai spesies ular yang terancam punah akibat hilangnya habitat asli dan perburuan liar.

Boa Kuba merupakan ular terbesar di Karibia menurut Taman Margasatwa Lake District. Para peneliti dalam jurnal Reptiles & Amphibia memperkirakan berat ular tersebut lebih dari 30 kilogram dengan panjang mencapai 5,65 meter. Namun, beberapa laporan mengklaim bahwa mereka dapat tumbuh hingga lebih dari 6 meter.

Piton Burma (Python bivittatus) merupakan jenis ular yang berasal dari Asia Tenggara. Piton Burma muda biasanya hidup di pepohonan, kemudian saat dewasa mereka akan turun ke tanah. Piton Burma terbesar dan terpanjang yang pernah tercatat adalah yang memiliki panjang 5,74 meter.

Siapa yang tak mengenal ular satu ini? King Cobra memiliki gigitan berbahaya yang dapat membunuh seekor gajah. Menurut Kebun Binatang Nasional Smithsonian dan Institut Biologi Konservasi, King Cobra terpanjang yang pernah tercatat dalam sejarah mencapai panjang 5,71 meter.

Bagaimana Hiroshima dan Nagasaki Menghilangkan Radiasi Nuklir setelah Dijatuhi Bom Atom oleh Amerika Serikat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Musim hujan telah tiba, di mana saat musim hujan biasanya hewan-hewan yang terbilang berbahaya akan muncul, terutama ular.

Bagi Anda yang bertempat tinggal di desa atau di kota dengan pekarangan yang cukup luas dan tanaman yang cukup lebat mungkin perlu mewaspadai akan kemunculan ular.

Perubahan iklim, seperti kenaikan suhu dan cuaca tidak menentu, juga berpengaruh terhadap ular. Dikutip dari WHO (World Health Organization), perubahan iklim dan kemunculan ular memiliki keterkaitan.

Organisasi Kesehatan Dunia itu menyebut bahwa perubahan iklim hanya akan memperburuk masalah bagaimana ular berbagi tempat dengan manusia. Hal ini karena ular akan menggeser distribusinya seiring dengan meningkatnya suhu dan kejadian-kejadian ekstrem yang lebih sering terjadi.

Manusia akan mengubah praktik pertanian, sehingga akan ada tekanan lebih besar bagi ular untuk bermigrasi atau mengungsi. Akibatnya, kontak dan konflik antara manusia dengan ular diperkirakan akan menjadi lebih sering terjadi di beberapa wilayah

Ular merupakan kelompok reptilia tidak berkaki dan bertubuh panjang yang tersebar luas di dunia. Hewan ini kerap dikenal bahaya karena beberapa diantaranya memiliki bisa yang mematikan.

Namun, tidak semua ular memiliki bisa yang mematikan. Salah satunya yakni ular sanca. Meski tidak memiliki bisa, tetapi ular sanca tetap menjadi hewan yang mematikan karena memiliki kemampuan konstriksi yang efektif untuk membunuh mangsanya.

Ular sanca akan melilit tubuh mangsanya dengan erat, memadatkan cengkeramannya, dan membuat mangsanya mati lemas karena aliran darah dan pernapasannya terhenti.

Pada musim hujan, ular sanca cenderung lebih sering ditemukan karena mungkin habitat teresterialnya tergenang, maka ular akan keluar dari persembunyiaanya untuk mencari tempat yang nyaman.

Sebagai satwa berdarah dingin, ketika kepanasan, maka ular harus masuk ke air. Untuk itu, ular harus bisa mengontrol suhu tubuhnya, jangan sampai melebihi batas suhu toleransi lingkungan, karena bisa mati.

Umumnya, ular sanca termasuk salah satu ular terbesar di dunia. Beberapa spesies ular sanca bisa tumbuh hingga 8-10 meter. Bahkan, rahang bawah ular sanca bisa terbuka lebar hingga sepuluh kali kepala manusia.

Dengan ukuran raksasanya, ular-ular tersebut bisa terhindar dari predator dan bisa memakan berbagai jenis hewan. Adapun ular sanca biasanya berburu mangsa di malam hari, seperti kadal, burung, dan mamalia kecil.

Mereka juga cenderung hidup di daerah tropis. Itulah kenapa, benua Asia jadi tempat tinggal banyak ular raksasa. Tak tanggung-tanggung, beberapa spesies ular terbesar di dunia dan ular terpanjang di dunia dapat ditemukan di Asia, terutama di Asia Tenggara.

Secara umum, ular-ular besar tersebut menghuni hutan. Namun tak jarang, mereka juga ditemukan di area pemukiman. Apalagi jika sudah memasuki musim hujan, sehingga potensi keluarnya ular-ular ini di pemukiman cukup besar.

Lalu, jenis ular sanca apa yang terbilang sangat besar mungkin di dunia? Berikut ini daftarnya.

1. Sanca Bodo (Python bivittatus)

Sanca bodo adalah ular sanca terbesar di dunia sekaligus spesies ular terbesar di Asia. Mengutip beberapa sumber, ular dengan nama ilmiahpython bivittatusini bisa tumbuh sepanjang 7 meter dan seberat 182,2 kilogram. Namun ular sebesar itu cukup jarang ditemukan, rata-rata panjang ular ini ada di angka 3 sampai 5 meter dengan berat 20 sampai 40 kg.

Tak cuma besar, ular ini juga punya badan yang gemuk dan berotot. Karena tidak berbisa, bentuk tubuhnya tersebut membantu sanca bodo untuk melilit mangsa dengan sangat kuat.Tubuhnya berwarna cokelat dan dipenuhi pola kotak-kotak layaknya jerapah, kepalanya berbentuk seperti berlian dengan pola panah di atasnya.

Penyebarannya cukup luas dan bisa ditemukan di Myanmar, Thailand, Indonesia, Malaysia, Vietnam, Nepal, Bhutan, Bangladesh, Laos, Kamboja, hingga China.

Mereka juga menjadi hewan invasif di Florida, Amerika Serikat (AS) dan memberikan efek buruk bagi ekosistem asli di sana. Ular ini juga perenang yang handal dan menghuni hutan, rawa, padang rumput, dan daerah dekat sungai.

2. Sanca Kembang (Malayopython Reticulatus)

Sanca kembang memang bukan ular terbesar di Asia, tetapi spesies ini adalah yang terpanjang. Memang tidak seberat sanca bodo, tetapi ular ini punya badan yang jauh lebih panjang, yaitu di angka 10 meter bahkan lebih.

Badannya juga lebih memanjang dan ramping. Karenanya, tak jarang sanca kembang juga memanjat pohon untuk mencari hewan seperti burung, kadal, atau monyet. Kulitnya juga punya warna cokelat muda yang dihiasi corak seperti batik atau bunga berwarna jingga, putih, dan hitam.

Selain itu, di bagian depan mulutnya, ular raksasa ini memiliki sensor pendeteksi panas yang memudahkannya mendeteksi mangsa di lebatnya hutan dan pepohonan.

Mangsanya sangat beragam. Mereka bisa memakan mamalia kecil, burung, monyet, babi, bahkan dalam beberapa kasus, sanca kembang sanggup memakan manusia.

Karena tidak berbisa ular ini mengandalkan giginya yang tajam dan lilitannya yang kuat membunuh mangsa. Mereka juga tersebar luas dan dapat ditemukan di India, Thailand, Malaysia, sampai Indonesia.

3. Sanca Batu India (Python Molurus)

Sanca batu india atauPython molurusmerupakan kerabat dekat dari sanca bodo. Bahkan awalnya, kedua ular ini diklasifikasikan sebagai satu spesies.

Dahulu, sanca bodo merupakan subspesies dari sanca batu india dan punya nama ilmiah python molurus bivitattus.Akhirnya setelah dilakukan penelitian lebih lanjut diketahui bahwa keduanya merupakan spesies yang berbeda.

Pada 2009, pemisahan spesies antara sanca bodo dan sanca batu india dilakukan. Namun, karena kekerabatannya yang dekat, kedua ular ini punya ciri fisik yang serupa.

Keduanya sama-sama berwarna cokelat, tapi pola di tubuh sanca batu india lebih acak dan tidak mengotak seperti di tubuh sanca bodo. Ukuran sanca batu india lebih kecil, yaitu dengan panjang di angka 4 sampai 6 meter.

Seperti namanya, sanca batu india juga lebih suka berada di bebatuan, padang rumput, savana, hutan terbuka, dan terkadang berada di dekat perairan. Pakistan, India, Bangladesh, Nepal, dan Sri Lanka jadi habitat alami ular tidak berbisa ini.

4. Sanca Patola (Simalia Amethistina)

Sanca patola merupakan ular tidak berbisa yang bisa tumbuh hingga sepanjang 4 meter dengan bobot mencapai 15 kilogram.

Mereka juga salah satu ular raksasa yang bisa ditemukan di Pulau Papua dan Australia. Ular ini merupakan hewan arboreal dan kerap ditemukan bertengger di dahan atau ranting pohon.

Sebagai ular arboreal tentunya ular ini punya tubuh yang ramping, panjang, dan otot yang kuat. Mereka juga sangat suka memakan hewan-hewan seperti burung, tupai, kelelawar, dan reptil kecil.

Ular dengan nama ilmiah simalia amethistinaini punya perpaduan warna hitam, cokelat, dan jingga yang sangat menawan. Sisiknya juga halus dan akan memancarkan warna pelangi terang jika terkena sinar matahari, karenanya ia sangat populer sebagai peliharaan.

Namun karena hal ini sanca patola sering diburu dan menyebabkan populasinya kian menurun. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin ular eksotis ini akan punah di kemudian hari.

5. Sanca Papua (Apodora Papuana)

Sesuai namanya, ular sanca ini banyak ditemukan di Pulau Papua, tepatnya di Indonesia dan Papua Nugini. Ular ini dapat tumbuh hingga mencapai panjang 4,3 meter.

Warnanya cukup beragam mulai dari cokelat, abu-abu, sampai hitam. Warna tersebut juga punya fungsi, yaitu untuk membantu ular ini bersembunyi dan berkamuflase di bawah bebatuan, kayu, dan rerumputan di hutan dan savana.

Secara khusus, sanca papua hanya memakan mamalia kecil. Ia juga merupakan predator penyergap yang akan berdiam diri sembari menunggu mangsanya mendekat.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Ular merupakan jenis reptil yang dapat dijumpai di seluruh bagian dunia. Ular bisa memiliki tubuh yang pendek hingga panjang, atau kecil hingga sangat besar. Bahkan, ada yang dapat menelan manusia secara utuh.

Para ilmuwan sudah mencatatkan beberapa spesies ular terbesar dan terpanjang yang pernah ada. Lantas, jenis ular apakah yang terbesar dan terpanjang dalam sejarah? Ini dia daftarnya.

Palaeophis colossaeus

Palaeophis colossaeus merupakan ular laut yang melintasi samudra purba di sebagian Afrika Utara pada 100 juta tahun silam. Menurut penelitian yang dimuat dalam jurnal Acta, ketika kerangka fosil ular ini ditemukan, para peneliti memperkirakan bahwa spesies ini dapat mencapai panjang lebih dari 12 meter.

Piton batu Afrika Tengah

Menurut Kebun Binatang Oregon, inilah ular terbesar yang berada di Afrika. Jenis ular ini sangat mudah beradaptasi dan dapat ditemukan di seluruh Afrika sub-Sahara. Piton batu Afrika Tengah rata-rata memiliki panjang sekitar 3 hingga 5 meter.

Itulah 10 ular terbesar dan terpanjang dalam sejarah. Bagaimana menurutmu?

Spesies ular anakonda baru ditemukan para ilmuwan di hutan hujan Amazon. Dikabarkan, spesies tersebut merupakan jenis ular yang terbesar di dunia.

Para ilmuwan yang bekerja di hutan hujan Amazon telah menemukan spesies ular anakonda baru, yang dikabarkan merupakan ular terbesar di dunia.

Awalnya, tim Universitas Queensland pergi ke Amazon Ekuador untuk mencari anakonda hijau utara (Eunectes akayima) yang sebelumnya tidak terdokumentasikan. Mereka diundang masyarakat Waorani mengamati anakonda yang dikabarkan terbesar yang pernah ada.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tim tersebut bergabung dengan pemburu dalam ekspedisi 10 hari ke wilayah Bameno, sebelum mendayung menyusuri sistem sungai untuk menemukan beberapa anakonda bersembunyi di perairan dangkal, menunggu mangsa. Anakonda inilah yang diduga terbesar di dunia dan mereka namakan anakonda hijau utara (Eunectes akayima).

"Ukuran makhluk ini sungguh luar biasa, seekor anakonda betina yang kami temui berukuran panjang 6,3 meter," kata Profesor Bryan Fry, ahli biologi Universitas Queensland, yang memimpin tim tersebut.

Tim juga mengatakan telah mendengar bukti samar bahwa ular berukuran 7,5 meter dan berat 500 kilogram telah terlihat di daerah tersebut.

Anakonda hijau adalah ular terberat di dunia. Museum Sejarah Alam Inggris, mencatat bahwa ular terberat yang pernah tercatat berbobot 227 kilogram. Panjangnya 8,43 meter dan lebar 1,11 meter. Sementara spesies lain, ular sanca batik, cenderung lebih panjang, sering mencapai lebih dari 6,25 meter tapi lebih ringan.

Para ahli yang mempelajari makhluk tersebut menemukan bahwa spesies anaconda hijau utara yang diidentifikasi ini, menyimpang dari anaconda hijau selatan hampir 10 juta tahun yang lalu, dan perbedaan genetik mereka sebesar 5,5%.

"Ini cukup signifikan, sebagai perbandingan, manusia hanya berbeda sekitar 2% dari simpanse," kata Fry yang dikutip detikINET dari CNN. Temuan ini dijelaskan dalam jurnal MDPI Diversity.

Para peneliti juga memperingatkan Amazon menghadapi banyak ancaman. "Deforestasi di lembah Amazon akibat ekspansi pertanian diperkirakan mengakibatkan hilangnya habitat sebesar 20-31%, yang mungkin berdampak pada 40% hutan Amazon pada tahun 2050," kata Fry.

Degradasi habitat, kebakaran hutan, kekeringan dan perubahan iklim mengancam spesies langka seperti anakonda, yang hidup di ekosistem langka tersebut.

Artikel ini telah tayang di detikInet dengan judul Spesies Baru Ular Terbesar di Dunia Ditemukan di Amazon